Minggu, 15 Januari 2012

(3)

Salah satu hal yang sangat kuinginkan saat itu adalah seperangkat komputer. Mungkin lebih jauh lagi adalah laptop. Ah, itu terlalu berlebihan, pikirku saat itu. Bagaimana mungkin orang tuaku bisa membelikan barang mewah itu. Ada coretan di atas tulisan laptop itu, tulisan komputer yang berada di posisi nomor satu ditulis dengan hurup kapital seluruhnya, seakan ambisi itu sangat kuinginkan. Kedua sampai kedepalan hal-hal kecil yang tak penting seperti jaket levis di nomor enam dan seekor hamster. Pada nomor sembilan, aku tak bisa melihat dengan jelas, sepertinya kubuat dengan terburu-buru terlebih menggunakan pensil, jadi nyatanya agak pudar. Aku teliti dengan seksama apa yang kuinginkan pada posisi aneh di nomor sembilan. Kudekatkan buku diary tebal itu ke mataku, terlihat huruf 'N' besar di awan kalimat, terdiri dari tiga kata. Kuputer otak dengan membalik halaman selanjutnya yang ternyata kosong. Pada halaman selanjutnya ada kutulis sebuah daftar teman-temanku di SMP yang baik, menginspirasi dan populer. Paling banyak anggota OSIS. Aku tak sampai membuka halaman selanjutnya karena di dalamnya ada daftar guru-guru yang kusukai dan kubenci atau 'yang membosankan'.

Kembali ke halaman tadi, 'N' besar terdiri dari tiga kata. sejenak, aku gagal mengingatnya, Ingatan, adalah hal yang membuat emosiku memuncak. Aku tak bisa melupakan kejahatan orang lain kepadaku namun aku pun tak bisa mengingat kebaikan orang lain kepadaku. Dan aku merasa dirugikan akan hal ini. Apa tiga kata itu? apakah 'Nonton video porno?'aku tersenyum kecil karena pikiranku sangat konyol. Tapi tiga kata itu bukanlah 'Nonton video porno.

Lantas apa? Naik kuda terbangkah? Aku tak percaya akan hal itu karena urutan satu sampai delapan adalah hal yang wajar dan bukan angan-angan. Tidak ada huruf 'O' di akhir kalimat itu. Aku ingat, sewaktu aku SMP dan SMA video porno bukanlah hal yang fantastis dan tidak ada dalam kepala aku dan teman-teman sejawat di sekolah. Para guru menatar kami dengan baik dan kami memiliki mental yang sehat.

Salah satu kunci untuk menemukan jawabannya adalah dengan melihat urutan tanggal dan tempat dimana catatan ini dibuat. Tapi sedikit merepotkan, karena dari tiga buku diaryku semua tanggalnya acak-acakan. Terkadang aku menulis kejadian hari ini di buku kedua, besok di buku pertama. Jadi harus kuurutkan dulu lembar demi lembar tanggal kejadiannya.

Adzan maghrib sudah berkumandang dari mushola kecil depan rumah kakekku. Kututup catatan harianku, lalu kusimpan dengan apik di tempat yang tidak akan ditemukan orang lain. Kuraih sarung dan peci putihku lantas bergegas ke musholah.


Perangan Seorang Guru

guru yang baik adalah guru yang menatar ilmu murid-muridnya.

Ust. Alwi Bin Abdurrahman Assegaf.

Rabu, 11 Januari 2012

Sabtu, 07 Januari 2012

(2)

Aku merenung dalam perangkap dinginnya suasana. Tak seperti biasanya, pikiran melayang meloncat-loncat dari hal yang satu ke hal yang lain. Walau hujan sudah mereda, tetesannya terus berjatuhan dari banyak pohon dan genting rumah di depan kamarku. Pandangan sangat terang setelah hujan, seolah-olah air telah membersihkan udara.

Sejenak kulupakan acara nanti malam, aku pergi ke rak bukuku di sudut ruangan, kuraih catatan harianku selama ini. Sejak aku menginjak usia belasan aku sudah mulai menulis catatan harian. Tiga buku harianku, isinya acak-acakan tak karuan. Sebuah sketsa unik yang kubuat membuatku tertawa kecil, mengingat kembali saat-saat konyol aku membuatnya. Seorang monster yang wajahnya tertawa, dia memegang pentungan di tangannya sedang giginya mencuat keluar. Aku ingat stetsa iku kubuat karena terinspirasi oleh tayangan kartun Pokemon. Tapi ini versiku, yang tidak dimiliki oleh siapapun.

Ke lembar selanjutnya, aku sempat menulis daftar tempat-tempat yang telah kukunjungi. Ada Puncak, Taman Safari, Ragunan, Ancol, dan masih banyak lagi. Ada 25 daftar yang terakhir kutulis pada saat aku kelas satu SMA. Dan kuambil pena untuk menuliskan beberapa lagi, diantaranya pantai Bomo di banyuwangi. Pantai yang tidak terlihat bagus dan tidak pernah dikunjungi oleh turis dari manapun, pengunjungnya hanya warga lokal atau santri-santri dari sebuah cabang pesantren besar. Kujauhkan buku harianku dari mataku, sepertinya aku belum pernah ke luar pulau, yang kukunjungi selama ini hanya berada di pulau jawa. Hebatnya diriku.

Aku tersenyum lagi walaupun sedikit kesal dengan diriku yang tak memiliki jam terbang, kubalik lembaran berikutnya ada daftar hal-hal yang sangat kuinginkan dan belum terwujudkan hingga catatan itu dibuat.

Jumat, 06 Januari 2012

Hujan-hujan (1)

Pagi yang cerah berubah kelabu setelah serombongan awan hitam menyelimuti atap kampungku. Tak lama kemudian, hujan deras pun turun, bau tanah menyeruak dan pandangan sedikit buram. Nanti malam akan diadakan sebuah acara rumit yang sudah aku dan mereka tunggu-tunggu setelah setahun penantian. Aku dan mereka entah dimana, tak tahu apakah nanti malam jadi tersenggara apa dibatalkan atas kehendak alam. Pada dasarnya kita tak bsa sewenang-wenang pada alam, kita menunjukkan kesewenangan itu, namun tetap saja alam sangat perkasa dan dia bisa menggusur kita dengan berbagai cara kapanpun ia mau.

Berbagai tindakan kejam terhadap alam yang umumnya diketahui orang dan malah banyak dilegalkan oleh beberapa negara seperti penebangan liar, pembuangan limbah di pantai atau sungai. Kini, sebuah acara tinggal menunggu jam, waktu tak bisa diputar lebih cepat karena ia berjalan dengan kakinya sendiri.

Tsunami, banjir bandang, gempa, gunung meletus itu adalah sebagian tanda kedigdayaan alam yang dengan kehendak tuhan meminta untuk menjungkirbalikkan manusia. Kita tak bisa lebih perkasa lagi dari hal itu. Mungkin manusia dapat membuat bom atom, tapi apakah itu ada? Aku belum pernah meluhatnya.

Ponselku berbunyi membuyarkan lamunanku tentang alam, seorang teman. Dia menanyakan tentang acara nanti malam. Kubilang bagaimana hujan saja. Karena yang menguasai rencana kita saat ini adalah hujan. Tiga sms pun datang tak lama setelah kututup ponselku, dari temanku yang lain, intinya sama menanyakan tentang kesiapan acara nanti malam. Kujawab dengan kata yang sama, sambil kulirik jam yang menunjukkan pukul 04.00.

Kamis, 05 Januari 2012

Writa and Write Again.

Halo sobat, apa kabarnya di pagi yang cerah ini. Secerah-cerahnya hati manusia, mungkin lebih cerah pagi. Sekarang saya sudah mulai lagi memikirkan sebuah tema untuk saya kembangkan menjadi sebuah novel. Saya tidak tahu ini bermandfaat atau tidak, setelah sebuah noel saya ditolak oleh sebuah penerbit besar di jakarta, dan belakangan saya kirimkan kembali empat bulan yang lalu dan sampai sekarang belum terdengar lagi kabarnya.

Saya jelasnkan bahwa saya suka menulis, apapun hal baik yang bisa saya tulis, dan saya ingin menulisnya. Sekarang saya sedang membaca sebuah buku bagus, karya Bram Stoker berjudul Dracula. Sebenarnya buku itu sudah lama saya miliki, tapi seiring berjalannya waktu buku bagus itu belum sempat saya tuntaskan. Terakhir saya membaca sampai halaman 150an. Dan sekarang saya harus membacanya ulang untuk mendapatkan isi cerita yang utuh.





Semalam berpikir kuat, tema apa yang akan saya kedepankan untuk. Saya tidak tahu, semangat saya sedikit kendur karena naskah saya belum jelas statusnya. Tapi sekadar membuat sebuah tulisan ringan terus saya lakukan. Seperti cerpen, dahulu saya suka membuat cerpen dan selalu pas enam sampai delapan lembar tamat. Tapi beberapa minggu yang lalu, saya niat membuat sebuah cerpen, harusnya delapan halaman tamat, ini malah melebar jadi dua puluh, saya bingung karya apakah yang saya buat ini. Sekarang saya agak sulit membuat cerpen, kecuali kalau saya membaca banyak cerpen mungkin bisa.

Saya belajar menulis secara otodidak, tehniknya saya dapatkan dari beberapa orang yang baik hati yang membagi ilmunya kepada siapa saja yang mau belajar dan harus diterapkan. Apa gunanya ilmu kalau tidak diterapkan, saya jadi malu kalau bertemu teman-teman saya di komunitas penulisan Lingkar Pena, karena saya belum mempunyai sebuah karya. Walau bagaimanapun saya tidak bisa melupakan kebaikan mereka terlebih senior-senior saya. Saya tidak tahu apa pendapat mereka tentang saya, yang jelas saya selalu berpikiran baik kepada mereka, apapun alasannya. Saya memang menyadari, bahwa terkadang saya suka menunjukkan sikap yang menjengkelkan, tapi itu diluar kesadaran saya dan tidak direncanakan. Bagaimana mungkin saya berbuat jelek pada orang yang telah menginspirasi saya?




Buku-buku yang menarik minat saya?
Berbagai buku saya baca karya penulis dalam negeri dan banyak sekali nama nama yang menginspirasi saya. Saya ambil beberapa contoh buku novel yang saya miliki seperti Ronggeng Dukuh Paruk, Grotta Azzura, berbagai karya Pramodya Ananta Toer. Dan masih banyak lagi. Kalau noel luar yang diterjemahkan juga saya suka, terutama novel bertajuk fantasi, thirer dll. Saya senang membaca, namun anehnya saya tidak bisa membuat resensi isi buku yang saya baca tersebut. Namun saya bisa menceritakan kembali isi buku tersebut secara lisan. Sya masih belajar membuat resensi dari buku-buku yang saya baca.



Senin, 26 Desember 2011

Saya dan Dua Adik Perempuan Saya


Dua adik perempuan saya, yang satu bernama Rika, Satunya lagi bernama Rifka. Ternyata tidak mudah mempunyai seorang adik yang beranjak remaja. Rika usianya 13 tahun, baru kelas dua SMP.  Dia sulit diatur dan semaunya sendiri. Suka lupa waktu kalo main sama teman-temannya. Di sekolah sama saja, saya sudah tiga kali datang ke sekolahnya untuk mengambil handphone yang disita sekolah. Peraturan di sekolah jelas bahwa seluruh siswa dilarang membawa ponsel jenis apapun ke sekolah. Saya sudah diperingatkan guru BK nya dan saya juga sudah memperingatkan adik saya itu. Namun dia belum jera.
Yasudah, saya bilang ke guru Bk-nya bahwa kalau sekali lagi kesita, sama saja dengan meng-infakkan itu hp ke pihak sekolah. Artinya yang keempat ini hp kesita sudah tidak bisa lagi diambil. Itu untuk menimbulkan efek jera pada adik saya. Saya buat surat pernyataan di depan BK dan dilihat pula oleh adik saya. Dan selesai, dia tak pernah lagi bawa hp ke sekolah.

Pergumulan Batin yang Rumit.

Sebaris kalimat berjuta arti. Ya, yang ingin saya sampaikan adalah bahwa pagi ini berbeda dengan pagi sebelumnya yang tak pernah kurasakan kesegarannya. Karena di pagi ini mbah putri ngomel-ngomel melulu tentang kamarku yang bau apek dan lembab. Memang saya jarang membersihkan kamar, mengganti sprai dan mengelap debu. Walhasil ratusan tetes keringan, dan berbagaimacam bebauan tak sedap terserap ke dalam bantal dan kasur, bantal kasur itu lalu memuntahkan  hasilnya dengan bau yang lebih tak sedap. Dan kamar berbau tak sedap itu sejak tiga hari yang lalu ditempati oleh mbah saya.

Sialnya, pagi ini. Tapi yang membuat indah, kini saya mendapatkan perhatian dari mbah saya. Saya tak pernah mendapatkan perhatian selama ini dari siapapun, itu tak membuat saya merugi. Tapi sebagai saudara itu diperlukan. Saya tak pernh membalas para saudara2 saya yang tak perhatian dan memang banyak.

Mungkin mereka punya urusan masing2 dan memang pasti, kini satu persatu saudara2 saya sudah menikah, berumah tangga dan mempunyai anak. Giliran saya yang setiap waktu diingatkan untuk menikah: "jangan sampai lupa kawin." kata seorang saudara.




Memang rumit, saya masih mencari yang tepat untuk saat ini. Saya bilang, "Kalau laki-laki gak masalah nikah sampai umur tigapuluh, tapi kalau wanita berat karena ntar susah melahirkan. Karena wanita yang melahirkan usia tua beresiko tinggi."

Saudara saya yang seorang ibu rumah tangga menjawab, "iya, tapi laki-laki juga harus punya rencana ke depan. Laki-laki menikah terlalu tua juga gak bagus. Nanti pas kamu punya anak, anakmu masih sekolah dan butuh banyak biaya kamu sudah tua. Sudah sulit untuk mencari nafkah. Sudah sulit untuk menggatur barang dagangan kalau kamu usaha. Udah pikir-pikir lagi deh."

Ya, rabb ... berikanlah yang terbaik bagi hambamu ini. Yang terbaik untuka minta saya dan yang saya harapkan. Saya tahu yang apa yang Kau gariskan belum tentu yang saya inginkan. Tapi saya ingin Kau kabulkan permintaan hambamu ini. Amin

Sunatan Dehan.

Usai sudah rangkaian acara khinatan adikku: dehan.
Diawali dengan kedatangan saudara, mbah dari jawa dengan berbagai-macam tentengan. Acara masak-masak plus ngerumpi para ibu di dapur sempit rumah gw.
Dan acara pengajian kaum ibu yang diadakan bada zuhur. sementara itu gw hanya diam saja di tukang bakso samping rumah mengungsi karena rumah banjir oleh ibu-ibu pengajian. walhasil, sifat galak gw selama ini terbalas sudah oleh dehan yang kini punya duit banyak pemberian saudara dan tetangga. gw coba minta duitnya: ya . . .dijawab dengan mantap dengan kata: NGGAK!
doa gw, dehan semoga cepet sembuh ya ... (ngerayu supaya dikasi duit.)