Jumat, 06 Januari 2012

Hujan-hujan (1)

Pagi yang cerah berubah kelabu setelah serombongan awan hitam menyelimuti atap kampungku. Tak lama kemudian, hujan deras pun turun, bau tanah menyeruak dan pandangan sedikit buram. Nanti malam akan diadakan sebuah acara rumit yang sudah aku dan mereka tunggu-tunggu setelah setahun penantian. Aku dan mereka entah dimana, tak tahu apakah nanti malam jadi tersenggara apa dibatalkan atas kehendak alam. Pada dasarnya kita tak bsa sewenang-wenang pada alam, kita menunjukkan kesewenangan itu, namun tetap saja alam sangat perkasa dan dia bisa menggusur kita dengan berbagai cara kapanpun ia mau.

Berbagai tindakan kejam terhadap alam yang umumnya diketahui orang dan malah banyak dilegalkan oleh beberapa negara seperti penebangan liar, pembuangan limbah di pantai atau sungai. Kini, sebuah acara tinggal menunggu jam, waktu tak bisa diputar lebih cepat karena ia berjalan dengan kakinya sendiri.

Tsunami, banjir bandang, gempa, gunung meletus itu adalah sebagian tanda kedigdayaan alam yang dengan kehendak tuhan meminta untuk menjungkirbalikkan manusia. Kita tak bisa lebih perkasa lagi dari hal itu. Mungkin manusia dapat membuat bom atom, tapi apakah itu ada? Aku belum pernah meluhatnya.

Ponselku berbunyi membuyarkan lamunanku tentang alam, seorang teman. Dia menanyakan tentang acara nanti malam. Kubilang bagaimana hujan saja. Karena yang menguasai rencana kita saat ini adalah hujan. Tiga sms pun datang tak lama setelah kututup ponselku, dari temanku yang lain, intinya sama menanyakan tentang kesiapan acara nanti malam. Kujawab dengan kata yang sama, sambil kulirik jam yang menunjukkan pukul 04.00.

Tidak ada komentar: