:puisi jiwa tak kunjung tentram
angin panas kuhirup, debu merasup
bisikan setan terus menggerus relung
bawah sadar.
ketika kami tersadar,
hanya dia yang tertawa lebar
tak hirau melati yang kini hitam
kini kuterjerembab dalam kesendirian
dia, bisikannya masih meracau
tenggelamlah perahu yang terlihat kokoh
dengan jidat yang tak lagi kotor
waktu tak bisa diukur
dia sesungguhnya jahat
padat akan kesimpulan
dan merapatkan barisan kesalahan
yang dianggap benar
benar salah katanya relatif
tak ada kebenaran tanpa kepentingan.
CDS
angin panas kuhirup, debu merasup
bisikan setan terus menggerus relung
bawah sadar.
ketika kami tersadar,
hanya dia yang tertawa lebar
tak hirau melati yang kini hitam
kini kuterjerembab dalam kesendirian
dia, bisikannya masih meracau
tenggelamlah perahu yang terlihat kokoh
dengan jidat yang tak lagi kotor
waktu tak bisa diukur
dia sesungguhnya jahat
padat akan kesimpulan
dan merapatkan barisan kesalahan
yang dianggap benar
benar salah katanya relatif
tak ada kebenaran tanpa kepentingan.
CDS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar